indah skd
Laman
Mengenai Saya
Kamis, 05 Desember 2013
Kamis, 21 November 2013
hiperlink
Materi ini diperkenalkan pertama sekali oleh seorang teman kampusku. Kami menyebutnya, si jenius. Ia adalah seorang pemuda berkaca mata yang hitam manis. Mungkin sekali meli
Jumat, 06 Juli 2012
Praktek korupsi, ganti rugi
“Ini untuk kedua kalinya Sita menangis tersedu-sedu menyesali
nasib yang kurang beruntung menurutnya.”
Perburuan CPNS begitu gencar bagi masyarakat Indonesia saat
ini. Mengapa tidak, jaminan hidup sampai meninggal terjamin aman. Jangankan
tunjangan pensiun karena batasan umur, bahkan setelah meninggalpun pensiunan
masih dapat diwariskan dan diurus untuk anak cucu. Pihak keluarga dapat
menikmati gaji pensiunan sesuai aturan yang diberikan pemerintah. Namun unsur
kecurangan terkadang sering terjadi. Pasalnya, uang membuat orang terkadang
buta dan lupa akhirat, kajadian memalsukan tanda tangan dan status.
Syetan Tepat Janji?
Kali ini aku ingin bercerita tentang pengalaman yang cukup
unik, setidaknya menurutku. Sehingga membuat jari-jariku menari di atas tuts
ini untuk menceritakannya.
Kehidupanku selama ini hanya mengenal ruang lingkup
pesantren saja. Aku berdomisili di penjara suci selama tujuh tahun lamanya.
Kata mereka supaya pintar agama dan tidak terpengaruh gaya hidup bebas zaman
globalisasi dan modernisasi dewasa ini. Sekarang aku telah bebas dari penjara
suci dan memasuki dunia kampus. Aku dan kedua temanku menyewa kamar kos untuk
tempat tinggal kami.
Roti dan Susu
Wanita tua itu tetap semangat ditatah suaminya menelurusi
sepanjang jalan yang mereka inginkan. Walau mata tak bisa melihat, tetapi
semangat hidup terpancar jelas melalui raut mukanya yang cerah. Pasangan suami
istri ini berjalan memasuki kampung-kampung atau desa, pajak dan kota.
Bermodalkan tenaga yang tak seberapa mereka melangkahkan kaki dari gubuk
kecilnya mengharap sesuap nasi dari mereka-mereka yang berhati mulia atau iba.
Mengetuk tiap pintu rumah orang yang tidak mereka kenal. Mengharap keikhlasan hati si empunya rumah.
“kalau tak seribu gopek pun jadi, kalau gak gopek senyum pun jadi” lantunan
lagu anak-anak jalanan lampu merah Aksara Pancing juga menjadi bahasa hati
mereka. Yah… begitulah harapan sepasang suami istri itu. Ada hal yang berbeda
di kampung mereka ini dari layaknya kota Medan yang kukenal. Kebanyakan mereka
memberi beras sebanyak 1 muk (kaleng susu cair kecil –buat orang Alas Kutacane
Aceh Tenggara) dari pada uang seribu rupiah. Kalau mau dihargakan, 1 muk hampir
mendacai dua ribu sampai tiga ribu rupiah ukuran harga beras saat ini, mungkin
karena mayoritas penduduk adalah petani.
Multilevel Marketing Pahala
Multilevel marketing atau MLM, yang sering di kenal banyak
orang adalah sebuah konsep pemasaran berjenjang dan banyak dipakai dalam
berbisnis. Mulai dari bisnis bidang kesehatan, makanan, hingga pendidikan.
Dalam tulisan ini, bukan berbicara tentang bisnis yang biasa dipakai oleh
sebuah perusahaan. MLM biasanya identik dengan hal-hal negative mayoritas di
benak orang. Ada yang bilang, masuk langsung mati atau menipu lewat mulut.
Pandangan seperti ini adalah fakta. Namun bukan berarti semua perusahaan yang
menganut konsep MLM itu sama. Terciptanya statement buruk terhadap MLM belum
tentu karena tidak bagusnya perusahaan tersebut, namun bisa jadi, orang yang
bermain di dalamnya tidak mengindahkan etika dan system yang benar.
Suatu Siang, di Pajak Ikan Lama
Bangunan tua
peninggalan sejarah yang bernama Titi Gantung itu berdiri kokoh dengan cat
putih menyapa setiap kendaraan yang memasuki wilayah Pasar Ikan Lama atau yang
dikenal warga Medan dengan sebutan Pajak Ikan.
Dalam hitungan menit, aku telah memasuki wilayah
pasar tekstil yang cukup tersohor di Medan ini. Tampak seorang turis mancanegara
tengah menapaki ruas jalan. Sesekali dilihatnya beberapa toko yang didominasi
oleh pedagang berkebangsaan Arab.
Seorang pedagang
asli Pakistan, Muhammad Yaqub, yang mengaku telah 25 tahun menggantungkan
kehidupannya menjadi pedagang di Pajak Ikan ini, mengiyakan bahwa beberapa abad
yang lalu pajak ikan ini adalah tempat penjualan Ikan terbesar di Sumatera
utara.
Tapi sekarang
hal itu hanya tinggal nama saja karena tak ada seorang pun yang berjualan ikan
tempat itu. “Itu jaman kakek-kakeknya saya dulu,” ujar Yaqub. Melihat dagangan
yang ditawarkan seputar pajak ikan, tidak ditemui satu pun penjualan ikan. Yang
ada malah penjualan tekstil, makanan ringan, dan souvenir.
Langganan:
Postingan (Atom)