Kali ini aku ingin bercerita tentang pengalaman yang cukup
unik, setidaknya menurutku. Sehingga membuat jari-jariku menari di atas tuts
ini untuk menceritakannya.
Kehidupanku selama ini hanya mengenal ruang lingkup
pesantren saja. Aku berdomisili di penjara suci selama tujuh tahun lamanya.
Kata mereka supaya pintar agama dan tidak terpengaruh gaya hidup bebas zaman
globalisasi dan modernisasi dewasa ini. Sekarang aku telah bebas dari penjara
suci dan memasuki dunia kampus. Aku dan kedua temanku menyewa kamar kos untuk
tempat tinggal kami.
Suatu saat di malam yang larut, jam digital di handphone menunjukkan
pukul 01.00, pengalaman unik itu terjadi. Inilah yang ingin kuceritakan. Pintu digedor-gedor.
Suara lelaki kedengaran ketakutan dan terburu-buru mamaksa untuk terbangun.
Dengan penuh tanda Tanya kami mengintip, siapa yang memanggil malam-malam
begini. Tidur indah malam ini terpaksa di cancel untuk memenuhi panggilan dari
luar.
Tetangga sebelah
kanan tepatnya suami Gina nongol
di kaca jendela. Kami terkejut dan bertanya-tanya dalam hati. Apa yang terjadi?
Mengapa suaminya menggedor pintu dan minta bantuan? Mengapa bukan tetangga yang
lainnya? Ya sudahlah… pertanyaan-pertanyaan itu disimpan saja. “Dek tolongin
abang dek, istri abang kemasukan, kalian bacakan ayat kursi dulu” ujarnya.
Gubrak*** kami terkejut bukan kepalang, pikiran berbicara dan mulai cerewet.
Kita kan bukan satu agama? Mengapa suruh baca ayat kursi? Panggil pendeta aja!
Aku ciut melihat Gina
teriak-teriak dan marah-marah. Matanya melotot, badannya kejang, mulutnya tidak
berhenti menyumpahi dan mengutuk beberapa nama yang sepertinya telah membuat
hatinya sakit. Itulah kesimpulan yang dapat kuambil melihat keadaannya. Bergegas
menuju kamar mereka. Aku disuguhi tawaran tanpa kompromi. Hanya akulah
satu-satunya orang yang bisa membacakannya Al-quran supaya setannya keluar
menurut mereka. Karena dua temanku lagi dapat bonus dari Allah. Aku tegang dan
mukaku pucat. Aku takut nanti setannya marah padaku dan tidak akan memaafkanku
karena telah menyuruh dia keluar dari raga
Gina. Padahal mungkin ia masih ingin bermain di tubuh kurus itu.
Suaminya mamaksaku terus untuk membacakan ayat kursi. Rika dan Suli juga.
Mereka menguatkanku untuk tidak perlu takut dan khawatir. Seolah ingin
bertempur di medan lawan dan mengahadapinya sendirian. Ayo maju, kamu bisa!
Teriakan dari penonton.
Tanpa meminta alasanku dan mendengarkan ketakutanku, keadaan
menggenting. Spontan keberanian muncul. Alquran ku buka dan mendendangkan
ayat-ayat Ilahi serta tidak ketinggalan ayat kursi untuk membakar setan itu.
Ketika aku mulai membacanyanya, setan itu langsung menggeliat seperti orang
kesakitan. “hentikan, hentikan bacaanmu, jangan-jangan, ampun!” kata setannya
sembari sang suami berkata “keluarlah jangan kau ganggu istriku.” Kemudian
setan terdiam tak bergeming dengan raga yang dipinjamnya itu. Kami terkejut.
Suaminya dan dua temanku memanggil-manggil nama Gina. Selang beberapa detik, Sontak
ia kembali lagi seperti biasa. Menggeliat, marah-marah, mata melotot memerah
dan badannya keras. Dugaan, setan udah keluar dan bacaanku mujarab dan membuat
setan langsung pergi waktu dia terdiam begitu tadi, ternyata salah, setannya
nipu dan mempermainkanku dan kami semua.
Begitulah seterusnya. Walau setannya tetap tidak mau keluar,
aku tetap berusaha dan membacakannya berulang-ulang terus. Karna tuntutan
mendesak, bibir kawanku ikut-ikutan membaca juga. Jadilah kekuatan kami
menyatu. Ada tiga kekuatan bersatu dan berharap menjadi lebih kuat dan mampu
mengusirnya total. Keyakinan bahwa yang lagi dapat bonus dari Allah tidak boleh
membaca ayat suci sebelumnya, jadi terlupa. Namun ada pemahaman yang mengatakan
itu tidak apa-apa, boleh membacanya dan tidak berdosa. Doa dan bacaan ayat
kursi yang kami kumandangkan tak berhasil mempengaruhinya untuk keluar.
Kebetulan kami bertiga tamatan pesantren, jadi mungkin ada
sedikit mantra yang lumayan ampuh menurut kami. Ternyata sama saja setannya
tidak mau keluar. Kami tetap berusaha sampai hampir dua jam lamanya. Disamping
sang suami mencari bantuan pada tetangga lain dan menelpon ibu mertuanya untuk
segera datang dan menolong lagi, karena usaha kami tidak berhasil membuat setan
itu pergi dengan cepat. Semakin lama dia di dalam raga seseorang, maka semakin
lemah dan sakit badan orang tersebut nantinya ketika sadar.
Satu jam kemudian, ibu mertuanya muncul. Tanpa basa-basi ia
menamparkan salib ke muka dan tubuh
Gina. Sontak, setannya marah “kurang ajar, kau datang-datang langsung
mukul dan marah-marah, orang ini aja bagus-bagus bacakan ayat Al-Quran aku
tidak mau pergi, sedangkan kau datang langsung dengan cara begini. Dengan cara
bagus aja aku belum mau keluar apalagi dengan cara kasar gini. Bodoh kau. Aku
tetap tidak mau keluar” teriak setan itu.
Aku melihat raut muka sedikit ketakutan dari wanita setengah
baya itu. Tapi tak lama, ia langsung marah-marah juga. “keluar kau setan,
jangan kau ganggu anakku, sakit itu badannya. Kau siapa, apa maumu, kenapa kau
ganggu anakku?” ucap ibu tua itu. Sedikit tergambar motif kemasukan wanita ini.
Seperti di awal. Ini masalah keluarga. Sepertinya ada pihak yang tidak menyukai
pernikahan mereka dan mengganggu kehidupan pengantin baru ini.
Sudah berlangsung tiga jam lebih, belum juga berhasil kami
mengeluarkan setannya. Padahal aku juga sudah merelakan pulsaku habis dan
mengganggu lelap tidur ustazku untuk minta bantuan bagaimana menghadapi orang
kemasukan. Ia mengajariku untuk yakin dan terus saja membaca ayat kursi. Memang
bukan bagianku, jadi wajar saja setannya enggan nurut.
Selanjutnya muncul beberapa tetangga lagi sehingga kos kami
terlihat ramai dikerumuni banyak orang dan ada seorang bapak yang kemudian
berhasil membuat setan itu keluar dengan waktu yang cukup singkat. Beliau hanya
membutuhkan lima belas menit saja, setannya langsung minggat. Sedangkan kami,
sudah menghabiskan hampir empat jam lamanya. Ntah, dari alam mana didatangkan
lelaki itu, kami tidak mengenalnya. Akhirnya sekitar 04.30 subuh setannya
benar-benar keluar. Tetangga-tetangga kembali ke rumah mereka masing-masing.
Kami juga beranjak dan ingin kembali ke kos kami. Namun
langkah kami terhenti, Gina kembali berteriak “itu dia, dia masih di bawah
pohon kates itu, dia belum pergi. Usir dia cepat, usir dia!” teriak Gina. Memang setan itu tadi bilang, dia tidak
akan pergi sebelum azan subuh berkumandang. Sebelumnya lelaki yang telah
berhasil mengusir setan itu keluar tadi, memesankan kepadaku “jika nanti ia
datang mengganggu lagi atau terjadi sesuatu, kamu bacakan ayat kursi saja ya”
katanya pasti padaku lalu pergi dan menyuguhi tanggung jawab untukku. Aku
kembali lagi harus mengiyakannya.
Kami merapat kembali ke kos mereka dan membacakan ayat
kursi. Selang beberapa menit kemudian, azan berkumandang. Gina bilang, setannya udah pergi. Setan tepat
janji dan tepat watu. Bisa belajar disiplin dan sikap tepat janji darinya juga
ne euy. How about Us?
Salam Janji !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar