Multilevel marketing atau MLM, yang sering di kenal banyak
orang adalah sebuah konsep pemasaran berjenjang dan banyak dipakai dalam
berbisnis. Mulai dari bisnis bidang kesehatan, makanan, hingga pendidikan.
Dalam tulisan ini, bukan berbicara tentang bisnis yang biasa dipakai oleh
sebuah perusahaan. MLM biasanya identik dengan hal-hal negative mayoritas di
benak orang. Ada yang bilang, masuk langsung mati atau menipu lewat mulut.
Pandangan seperti ini adalah fakta. Namun bukan berarti semua perusahaan yang
menganut konsep MLM itu sama. Terciptanya statement buruk terhadap MLM belum
tentu karena tidak bagusnya perusahaan tersebut, namun bisa jadi, orang yang
bermain di dalamnya tidak mengindahkan etika dan system yang benar.
Konsep pemasaran jaringan yang dianut oleh sebuah perusahaan
adalah salah satu kunci sukses dan rahasia berkembang cepatnya sebuah
perusahaan itu. Dengan konsep jaringan, maka akan memudahkan pemasaran, karena
system yang akan berjalan disitu. Ini merupakan sebuah mata kuliah dalam dunia
kampus, khususnya bagi jurusan yang berbau ekonomi atau bisnis. Dan ini
dipelajari di kelas mahasiswa strata satu kemudian di pasca sarjana sekalipun.
Jauh sebelum dunia Barat memperkenalkan konsep pemasaran
jaringan, ternyata Islam telah mendahuluinya. Ini dibuktikan dari esensi sebuah
hadist yang kerap diperdengarkan para penda’i. tepatnya pemasaran produk yang
berupa pahala. Lebih dan kurang arti dari hadist yang dimaksud adalah “tidak
akan terputus amal ibadah seorang hamba walaupun ia telah meninggal dunia
kecuali tiga perkara; 1. Doa anak yang sholeh, 2. Shodaqoh jariyah, dan 3. Ilmu
yang bermanfaat.”
Kolerasi hadist tersebut dengan konsep MLM dapat dilihat
pada point yang ketiga, ilmu yang bermanfaat. Misalnya, seorang guru
mengajarkan sebuah ilmu kepada muridnya kemudian murid tersebut selanjutnya
akan mengajarkan ilmu yang diajarkan gurunya tadi kepada muridnya dan begitu
seterusnya hingga ke generasi-generasi selanjutnya. Seperti yang kita alami
saat ini, mulai dari Imam Syafi’I sampai saat ini. Sebagai contoh, jika murid
imam Syafi’I mengamalkan yang dijarkannya, maka pahala masih mengalir ke imam
Syafi’i. Selanjutnya murid imam Syafi’I mengajarkan kepada muridnya dan
muridnya tersebut mengamalkannya, maka murid imam syafi’I yang pertama dan imam
Syafi’I pun mendapat pahalanya. Logikanya bisa tergambar mungkin dengan memakai
formula matematika, murid imam Syafi’I mendapat 10 pangkat 1 pahala dan
imamSyafi’I mendapat 10 pangkat 2 pahalanya dan begitu seterusnya hingga ke generasi
setelah kita nantinya.
Inilah yang dimaksud MLM pahala. Tidak akan terputus dan
akan terus mengalir selama dijalankan dengan cara yang benar. Pada dasarnya,
konsep ini telah di perkenalkan terlebih dahulu oleh Islam. Namun karena
praktek di lapangan tidak berjalan dengan system yang benar, membuat salah
langkah banyak orang. Bukanlah konsep yang bermasalah disini, tapi orang yang
menjalankannya kadang terlepas dari jalan yang dianjurkan. Maka selama itu
dilakukan dengan cara yang benar dan sikap positif, pahala akan terus mengalir
kepada orang yang mengajarkan atau memperkenalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar